KISAH NABI DAUD
Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari
wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan
anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang,
yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun tercabut
dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di
dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari
keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis.
Kenabian telah terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali
seorang wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah SWT agar Dia memberinya anak
laki-laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama
Asymu'il yang dalam bahasa Ibrani berarti Ismail. Yakni Allah SWT mendengar
doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu mengirimnya
ke mesjid dan menyerahkannya kepada lelaki saleh agar belajar kebaikan dan
ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam—ketika ia telah
menginjak dewasa—ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang datang dari sisi
mesjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa syaikh atau gurunya
memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya: "Apakah engkau memang
memanggilku?" Guru itu tidak ingin menakut-nakutinya maka ia berkata:
"Ya, ya." Anak itu pun tidur kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi
memanggilnya untuk kedua kalinya dan ketiga hingga ia bangun dan melihat
malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu telah mengutusmu kepada
kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi yang mulia ini. Mereka
bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya?" Dia
menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah kami orang-orang
yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka mengatakan:
"Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah
satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah SWT dan agar kita dapat
mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka berkata kepada
mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah kalian yakin akan
menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak berperang di
jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir dari negeri kami, dan anak-anak
kami pun terusir serta keadaan kami makin memburuk." Nabi mereka berkata:
"Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa bagi
kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami
sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya. Lagi pula,
ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang lebih kaya
daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah SWT
memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik.
Dan Allah SWT memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia
kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi
menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada
kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian.
Ini adalah tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di
mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut telah
menyiapkan tentaranya untuk memerangi Jalut. Jalut adalah seseorang yang perkasa
dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya. Pasukan
Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di tengah-tengah
gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut berkata kepada
tentaranya: "Kita akan menemui sungai di jalan. Barangsiapa yang
meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barangsiapa yang
tidak mencicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka ia akan
dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan sebagian tentara
minum darinya dan kemudian mereka keluar dari barisan tentara. Thalut telah
menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di antara mereka yang menaatinya
dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka yang memiliki tekad yang
kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang memiliki keinginan yang lemah
dan gampang menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri: "Sekarang
kami mengetahui orang-orang yang pengecut sehingga tidak ada yang bersamaku
kecuali orang-orang yang berani." Jumlah pasukan memang berpengaruh tetapi
yang paling penting dalam pasukan adalah, sifat keberanian dan iman, bukan
semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang menentukan bagi
pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya, Jalut. Jumlah pasukan
Thalut sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak dan kuat.
Sebagian orang-orang yang lemah dari pasukan Thalut
berkata: "Bagaimana mungkin kita dapat mengalahkan pasukan yang perkasa
itu?" Kemudian orang-orang mukmin dari pasukan Thalut menjawab: "Yang
penting dalam pasukan adalah keimanan dan keberanian. Berapa banyak kelompok
yang sedikit mampu mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah
SWT." Allah SWT berfirman:
"Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka
Bani Israil sesudah nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi
mereka: 'Angkatlah untuk kami seorang raja agar kami berperang (di bawah
pimpinannya) dijalan Allah. Nabi mereka menjawab: 'Mung-kin sehali jika kamu
diwajibkan berperang, kamu tidah akan berperang.' Mereka menjawab: 'Mengapa
kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami sesungguhnya telah diusir
dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.' Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang yang saja
di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang lalim. Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: 'Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi
rajamu.' Mereka menjawab: 'Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih
berhak mengendalihan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi
kekayaan yang banyak?' (Nabi mereka) berkata: 'Sesungguhnya Allah telah
memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahi ilmu yang luas dan tubuh yang
perkasa.' Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. Dan Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: 'Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut
kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh malaikat.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang
beriman. Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: 'Sesungguhnya
Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum
airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada rneminumnya, kecuali
menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku. Kemudian mereka meminumnya
kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang
yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah
minum berkata: 'Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan
tentara-nya.' Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah
berkata: 'Berapa banyak yang terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orangyang
sabar.'" (QS.
al-Baqarah: 246-249)
Daud bin
Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari
Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi
Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan Raja Thalout
Ketika raja
Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentera dan
menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama
dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan
menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan
dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari
waktu ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan
keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju
ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan
belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan? dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Kerananya ia tidak menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan. Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas bahu orang-orangmu."
Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berfikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sedar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali daripadanya.
Daud Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout
makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya sejak ia
ditingglkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap
orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan
bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat terhadap Thalout merosot, sejauh itu
pula cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak diantara
mereka yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal
mana menjaadikan Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. IA
lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja
yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat
para ulama dan para pemuka rakyat.
Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2 membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang drp para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi membawa askarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya kerana purba sangka yang tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka, berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mahu.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2 membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud bersert para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang drp para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya: "Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi membawa askarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua kali peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa bsar yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya kerana purba sangka yang tidak berdasar.
Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka, berkat rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan bagaimana Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mahu.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan membawa dosa dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud mendapat Godaan
Daud dapat
menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan
bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada
Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi
penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2 peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut: "Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?" "Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2 peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut: "Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya: "Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?" "Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal soleh."
"Wahai Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.
Hari Sabtunya Bani Isra'il
Di antara
ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka mewajibkan
untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada
Allah mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan
perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang
ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2 perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh mana-mana pihak lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2 perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu oleh mana-mana pihak lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa Kurnia Allah Kepada Nabi Daud
· Allah
mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu,
ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
· Kepadanya
diturunkan kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpunkan qasidah-2 da
sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada Allah,
kisah umat-2 yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang, di antaranya
berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
· Allah
menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud
tiap pagi dan senja.
· Burung-2
pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
· Nabi
Daud diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
· Allah
telah memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju
dan lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
· Nabi
Daud telah diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat
yang tidak dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi
kemenangan di atas semua musuhnya.
· Nabi
Daud dikurniakan suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini
ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara merdu dikatakan bahawa ia memperolehi
suara Nabi Daud.
Kisah Nabi
Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah
"Saba'" ayat 11, surah "An-Nisa'" ayat 163, surah
"Al-Isra'" ayat 55, surah "Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26
dan surah "Al-'Aaraaf" ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
· Allah telah memberikan contoh
bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan
diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang lebih lemah
dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti sebagaimana Daud yang muda usia
dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu
sahaja.
· Seorang yang lemah dan miskin
tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan dalam usaha dan
perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada Allah yang
akan melindunginya.
· Kemenangan Daud atas Jalout
tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia
bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun lawan
Namun setelah Yusya’ bin Nun meninggal, mereka
terpecah belah. Isi kitab Taurat berani mereka rubah dan ditambah-tambah.
Mereka suka bersaling pendapat akhirnya hilanglah kekuatan persatuan mereka.
Tanah Palestina diserbu dan dikuasai bangsa lain. Bani Israil menjadi bangsa
jajahan yang tertindas. Mereka merindukan datangnya seorang pemimpin yang tegas
dan gagah berani untuk berperang melawan penjajah.
Pada suat hari mereka pergi menemui Nabi Samuel untuk minta petunjuk. “Wahai Samuel“, kata mereka. “Angkatlah salah seorang di antara kami sebagai Raja yang akan memimpin kita berperang melawan penjajah”. “Aku khawatir bila sudah mendapat pemimpin yang dipilih Allah kalian justru tidak mau berangkat berperang”, kata Nabi Samuel. “Kita sudah lama menjadi bangsa tertindas”, kata mereka. Kita tidak mau menderita lebih lama lagi. Kita harus menegakkan agama Allah. Karena terdesak oleh kaumnya, Nabi Samuel kemudian berdoa kepada Allah. Doanya dikabulkan dan Thalut diangkat sebagai raja yang memimpin mereka.
Begitu nama Thalut diucapkan oleh Nabi Samuel, mereka justru menolak. Karena nama Thalut tidak begitu dikenal. Ia hanya seorang petani biasa. Malah bisa digolongkan orang yang miskin. Nabi Samuel kemudian menjelaskan bahwa walaupun Thalut itu hanya petani biasa namun ia pandai strategi perang, tubuhnya kekar dan kuat dan pandai ilmu tata Negara. Akhirnya mereka mau menerima Thalut sebagai Raja mereka.
Jalut Dan Daud
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan
rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang
terbaiknya itu, ia berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan
tak menghiraukan lagi urusan rumah tangga dan perdagangan. Salah seorang anak
muda yang ikut dalam barisan Thalut adalah seorang remaja bernama Daud. Ia
diperintah ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang maju ke medan perang.
Daud tidak diperkenankan maju ke garis depan, ia hanya disuruh melayani kedua
kakaknya. Tempatnya di garis belakang, jika kakaknya lapar atau haus dialah
yang melayani dan menyiapkannya.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih besar dan lebih banyak tentara Jalut sang penindas. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdoa kepada Allah : “Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir”.
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Mereka bertempur dengan gagah berani, tentara Jalut tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa yang sedang terluka. Akhirnya Jalut dapat diporak-porandakan dan lari cerai berai. Tinggal Jalut sang panglima dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu diumumkannya oleh Thalut bahwa siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diambil sebagai menantunya. Tak disangka dan diguga Daud yang masih berusia remaja tampil ke depan. Minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih muda itu mengalahkan Jalut, namun setelah didesak oleh Daud ia mengizinkan anak muda itu maju ke medan perang. Dari kejauhan Thalut melihat sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong, ia telah berteriak berkali-kali menantang orang-orang Israil untuk berperang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati.
Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak membawa senjata tajam melainkan hanya senjata ketapel. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud namun Daud dapat menghindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan Daud berhasil melayangkan peluru batu ketapelnya tepat diantara kedua mata Jalut. Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah dan mati. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Daud diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Dijodohkan dengan anak Thalut yang bernama Mikyal.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih besar dan lebih banyak tentara Jalut sang penindas. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdoa kepada Allah : “Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir”.
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Mereka bertempur dengan gagah berani, tentara Jalut tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa yang sedang terluka. Akhirnya Jalut dapat diporak-porandakan dan lari cerai berai. Tinggal Jalut sang panglima dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu diumumkannya oleh Thalut bahwa siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diambil sebagai menantunya. Tak disangka dan diguga Daud yang masih berusia remaja tampil ke depan. Minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih muda itu mengalahkan Jalut, namun setelah didesak oleh Daud ia mengizinkan anak muda itu maju ke medan perang. Dari kejauhan Thalut melihat sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong, ia telah berteriak berkali-kali menantang orang-orang Israil untuk berperang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati.
Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak membawa senjata tajam melainkan hanya senjata ketapel. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud namun Daud dapat menghindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan Daud berhasil melayangkan peluru batu ketapelnya tepat diantara kedua mata Jalut. Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah dan mati. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Daud diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Dijodohkan dengan anak Thalut yang bernama Mikyal.
Ketika Daud Menjadi Raja
Disamping menjadi menantu Raja, Daud juga diangkat
sebagai penasihatnya. Ia dihormati semua orang, bahkan rakyatnya seolah lebih
menghormati Daud dari pada Thalut. Hal ini membuat Thalut iri hati. Ia berusaha
mencelakakan Daud ke medan perang yang sulit. Daud ditugaskan membasmi musuh
yang jauh lebih kuat dan besar jumlahnya. Namun Daud justru memenangkan
pertempuran itu dan kembali ke istana dengan disambut luapan kegembiraan
rakyatnya. Thalut makin merasa iri hati dan sakit hati atas kepopuleran Daud di
mata rakyatnya. Ia terus mencoba membunuh dan menyingkirkan Daud dengan
berbagai cara namun selalu menemui kegagalan. Daud dilindungi oleh Allah SWT.
Akhirnya terjadilah perang terbuka, dalam peperangan itu Thalut tewas. Setelah Thalut mati dan putra mahkotanya juga mati dalam pertempuran melawan orang-orang yang berpihak kepada Daud, maka Daud diangkat sebagai Raja Israil yang baru.
Akhirnya terjadilah perang terbuka, dalam peperangan itu Thalut tewas. Setelah Thalut mati dan putra mahkotanya juga mati dalam pertempuran melawan orang-orang yang berpihak kepada Daud, maka Daud diangkat sebagai Raja Israil yang baru.
Keistimewaan Nabi Daud as
Nabi Daud as diistimewakan Allah, yaitu dengan
ditundukkannya gunung-gunung supaya bertasbih memuji Allah bersama Nabi Daud
pada waktu pagi, siang dan malam. Demikian pula burung-burung telah ditundukkan
kepada Daud untuk berkumpul memuji Allah bersama Nabi Daud as.
Cara Nabi Daud Mengatur Kesehariannya
Nabi Daud as membagi hari-harinya menjadi empat bagian
sehari untuk beribadah, sehari menjadi hakim, sehari untuk memberikan
pengajaran dan sehari lagi untuk kepentingan pribadi.
Puasa Nabi Daud as
Nabi Daud as suka berpuasa, beliau berpuasa sehari dan
berbuka puasa sehari. Jadi sehari puasa sehari tidak.
Teguran Allah Terhadap Nabi Daud as
Para Nabi adalah manusia yang menjadi contoh teladan,
jika ia bermasalah maka Allah segera memperingatkannya. Demikian pula halnya
dengan Nabi Daud, ia mempunyai isteri Sembilan puluh Sembilan orang. Memang
pada saat itu tidak ada pembatasan bagi seorang lelaki untuk memiliki beberapa
orang isteri, terlebih bagi seorang Raja. Nabi Daud ingin menggenapkan jumlah
isterinya menjadi 100 orang. Pada suatu hari datanglah dua orang lelaki mengadu
kepada Nabi Daud : “Saudaraku ini mempunyai kambing sebanyak Sembilan puluh
Sembilan ekor. Sedang aku hanya memiliki seekor saja, tetapi ia menuntut dan
mendesakku agar kambingku yang hanya seekor itu ku serahkan kepadanya supaya
kambingnya genap seratus ekor. Ia membawa berbagai alasan yang tak bisa
kubantah karena aku tak pandai berdebat.
“Benarkah ucapan saudaramu itu ? “Tanya Nabi Daud kepada pria lainnya”. Benar, jawab pria itu. “Jika demikian halnya”, kata Daud dengan marah, maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan membiarkanmu meneruskan perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan mendapat hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. “Hai Daud !!” Kata lelaki itu, sesungguhnya engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau telah mempunyai Sembilan puluh Sembilan isteri, tetapi kenapa kau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang menjadi anggota tentaramu sendiri. Padahal pemuda itu setia dan berbakti kepadamu.
Nabi Daud tercengang mendengar ucapan pria yang tegas dan berani itu. Ia berpikir keras siapakah sesungguhnya kedua pria yang beram itu. Mendadak, kedua pria itu hilang lenyap tanpa bekas. Tahulah Nabi Daud bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui Malaikatnya. Ia segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, dan Allah menerima taubatnya.
“Benarkah ucapan saudaramu itu ? “Tanya Nabi Daud kepada pria lainnya”. Benar, jawab pria itu. “Jika demikian halnya”, kata Daud dengan marah, maka saudaramu telah berbuat zalim. Aku tidak akan membiarkanmu meneruskan perbuatanmu yang semena-mena itu atau engkau akan mendapat hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. “Hai Daud !!” Kata lelaki itu, sesungguhnya engkaulah yang pantas mendapat hukuman yang kau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau telah mempunyai Sembilan puluh Sembilan isteri, tetapi kenapa kau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah bertunangan dengan pemuda yang menjadi anggota tentaramu sendiri. Padahal pemuda itu setia dan berbakti kepadamu.
Nabi Daud tercengang mendengar ucapan pria yang tegas dan berani itu. Ia berpikir keras siapakah sesungguhnya kedua pria yang beram itu. Mendadak, kedua pria itu hilang lenyap tanpa bekas. Tahulah Nabi Daud bahwa ia telah diperingatkan Allah melalui Malaikatnya. Ia segera bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, dan Allah menerima taubatnya.
Mukjizat Nabi Daud as
Diantara mukjizat Nabi Daud yaitu besi dapat
dilunakkan seperti lilin dan dapat dirubah sekehendaknya tanpa memakai api atau
alat apapun. Dari besi itu pula ia dapat membuat baju besi yang dikokohkan
dengan tenunan dari bulatan-bulatan rantai yang berkesinambungan
jalin-menjalin. Jenis baju ini membuat pemakainya bebas bergerak. Tidak kaku
seperti baju besi yang dibuat dari besi lembaran. Nabi Daud juga dikaruniai
suara yang sangat merdu sekali. Sedang kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud
namanya adalah kitab Zabur yang berisikan pelajaran, peringatan, dan nyanyian
pujian kepada Tuhan.
Asal-Usul Baitul Maqdis
Pada sautu hari berjangkitlah penyakit kolera di
wilayah kerajaan yang dikuasai oleh Nabi Daud. Banyak rakyat yang mati karena
penyakit ini. Nabi Daud kemudian berdoa kepada Allah maka hilanglah penyakit
itu. Untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah maka Nabi Daud mengajak
putranya yaitu Sulaiman untuk membangun tempat suci yaitu Baitul Maqdis.
Nabi Daud dikenal juga oleh agama Yahudi dan Kristen,
maka untuk perbandingan disertakan juga kisah ini dari versi kristen yang dipaste
dari Wikipedia.
Kita mengenal nabi Daud ialah nabi dan raja Bani Israel yang sejak muda yaitu usia 9 tahun telah ikut sera dalam tentera Bani Israil di bawah pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa Palestin yang dipimpin Jalut (Goliath) dan prestasi terbesarnya adalah nabi Daud dapat membunuh Jalut.
Berikut ini adalah kisah yang bersumber dari Al Quran (Al Baqoroh : 246 s/d 252) yang tentunya bila ingin lebih jelas dapat menyimak tafsirnya pada kitab-kitab tafsir Quran yang telah dikenal penulisnya.
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah".
Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang."
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang lalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu".
Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?"
(Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.
Ini versi kristen yang bersumber dari Wikipedia
Suatu kali, ketika sedang menggembalakan dombanya, Daud diperintahkan ayahnya mengantarkan bekal makanan kepada ketiga abangnya, anak Isai yang besar-besar yaitu Eliab, anak sulung, Abinadab, anak yang kedua dan Syama, anak yang ketiga, yang sedang bersiap berperang bersama Saul melawan tentara-tentara Filistin.
Orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang di Sokho yang di tanah Yehuda dan berkemah antara Sokho dan Azeka di Efes-Damim. Sedangkan Saul dan orang-orang Israel berkumpul dan berkemah di Lembah Tarbantin; mereka mengatur barisan perangnya berhadapan dengan orang Filistin. Jadi medan pertempuran itu tidak jauh dari rumah Daud.
Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka. Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin." Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya.
"Daud dan Goliat" karya Caravaggio, sekitar tahun 1599
Daud sampai ke perkemahan tentara Israel, ketika tentara keluar untuk mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. Orang Israel dan orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan.
Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat barisan; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju seorang pendekar bernama Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin.[Tingginya 6 hasta sejengkal (~ 3,5 meter). Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini 5.000 syikal tembaga. Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu 600 syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya.
Ia berdiri dan berseru kepada barisan Israel, katanya kepada mereka: "Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun mendapatkan daku. Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami. Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
Orang Filistin itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia tampil ke depan 40 hari lamanya. Ia selalu mengucapkan kata-kata yang sama, dan kali ini Daud mendengarnya. Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan. Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."
Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia."
Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran."
Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!" Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi. Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul.
Raja Saul menyuruh memanggil Daud menghadap kepadanya. Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
Tetapi Daud berkata kepada Saul:
"Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup. TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."
Maka Saul berkata kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau." Lalu Saul mengenakan baju s perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.
Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.
Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.
Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud dan berkata pula kepada Daud: "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang."
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: :"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."
Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu; lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.
Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan. Daud berlari mendapatkan orang Filistin itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang itu.
Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati, maka larilah mereka. Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai Ekron. Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka. Dan Daud mengambil kepala orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata Goliat ditaruhnya dalam kemahnya.
DAUD DAN JALUT versi tagtag
Suatu ketika Talut maju ke medan perang bersama pasukannya. Daud yang baru berusia 9 tahun juga ikut mengangkat senjata bersama kedua kakaknya. Di tengah perjalanan, pasukan Talut menghadapi berbagai ujian. Kebanyakan pasukan Talut tidak sanggup menjalani ujian- ujian itu. Pada awalnya, pasukannya berjumlah 80.000 (riwayat lain: 303.313) orang, kemudian menyusut menjadi 319 (riwayat lain: 313).
Meskipun demikian, Talut tetap maju melawan Jalut. Kedua pasukan pun bertemu dan terjadilah perang tanding satu lawan satu. Daud juga mendapat giliran. Ia berani melawan Jalut, pemimpin pasukan lawan. Melihat sosok kecil Daud, Jalut meremehkannya dengan menggertak, " Enyahlah kau, aku tidak suka membunuh anak kecil." Tidak mau kalah, Daud menyahut, " Aku suka membunuhmu." Serangan Daud ternyata merepotkan Jalut. Daud mampu mengalahkan, bahkan membunuh Jalut. Dengan demikian, pasukan Talut memetik kemenangan. Keberhasilan Daud ini menjadi buah bibir di kalangan Bani Israil.
Kisah nabi Daud vs Jalut Versi republika bagian 1
Kisah Talut dan Jalut bermula ketika Bani Israil mengalami masa suram nan gelap. Pasca Nabi Musa wafat, kondisi agama mereka makin lama makin terkikis. Padahal saat Yusya bin Nun (Yosua), pengikut setia Musa, memimpin mereka, tanah Palestina dapat dengan mudah direbut.
Namun Yusya pun menemui ajal mengakhiri tugasnya menjalankan amanah Musa. Sejak itulah Bani Israil dilanda kegalauan dan keterpurukan. Sekian lama tak ada nabi diutus, mereka terlunta-lunta bagai domba tanpa pengembala.
Di tengah kekosongan kepemimpinan, masyarakat Israil mulai melupakan agama. Mereka melakukan banyak dosa bahkan membunuh para nabi yang semestinya diharapkan memimpin mereka. Kondisi mereka berubah menjadi masyarakat kafir, zalim dan durhaka. Allah pun murka sehingga mencabut kekuasaan mereka. Bani Israil diusir, tabut pun dirampas oleh musuh mereka.
Sebuah kaum yang kuat dan kejam bernama Amaliqah atau sebagian menyebut Balthata, terus saja menyerang Bani Israil. Kaum tersebu menahan para pembesar Bani Israel, menculik anak-anak, mengambil alih kawasan taklukan mereka kemudian menarik upeti semena-mena. Saat itu benar-benar menjadi bencana hebat dan sengsara yang amat bagi Bani Israil. Kaum penjajah tersebut dipimpin oleh seorang berperawakan raksasa dari Dinasti Bukhtanashar bernama Jalut (Goliath).
Di tengah penindasan, Bani Israil pun mengharapkan Allah mengutus seorang nabi yang akan menyelamatkan mereka. Padahal sebelumnya mereka selalu membunuh para nabi, hingga tak tersisa keturunan Lawi yang dipercaya Bani Israil sebagai marga yang layak menjadi pemimpin mereka. Satu-satunya keturunan Lawi yang tersisa dan dapat diharapkan hanyalah seorang wanita bernama Hubla.
Bani Israil pun melindunginya agar dapat melahirkan anak calon nabi mereka. Hubla pun terus berdoa disaat kehamilannya agar dapat memiliki seorang putra. Allah pun memenuhi doa sang wanita shalihah tersebut. Lahirlah anak laki-laki yang kemudian oleh ibunya diberi nama Shammil (Samuel) atau Syamwil atau Sham'un, yang artinya Allah telah mendengar permohonan saya.
Singkat cerita, Shammil pun kemudian diutus Allah untuk mengemban risalah para nabi. Kepada Shammil, Bani Israil berharap dapat mengakhiri penindasan kaum Amaliqah. Hingga suatu hari, Bani Israil meminta Shammil mengangkat seorang pemimpin untuk mereka berjihad di jalan Allah melawan penindasan. Mereka berkata kepada Shamil, "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah."
Mendengarnya, Shammil tak lantas percaya. Ia meragukan Bani Israil yang memang gemar membangkang. Ia pun menjawab, "Bisa jadi saat kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mau berperang," ujar sang nabi. Namun Bani Israil ngotot dan ingin permintaan mereka terpenuhi, "Bagaimana mungkin kami enggan berperang di jalan Allah, padahal kami telah terusir?!" seru mereka
Kisah nabi Daud vs Jalut bagian 2
Shammil pun menengadahkan tangannya, berdoa meminta Allah mengutus seorang raja yang akan memimpin Bani Israil. Allah pun memberinya petunjuk. Di pagi hari, seorang pemuda tampan, gagah perkasa, shalih dan cerdas, bernama Talut (Saul) tengah mencari keledainya di depan rumah Shammil. Tiba-tiba, Shammil mendapati tanda dari tanduk binatang dan tongkatnya.
Allah memberi petunjuk pada Shammil bahwa orang yang akan menjadi raja ialah yang tinggi badannya setinggi tongkat tersebut dan mampu membuat minyak dalam tanduk binatang mendidih. Ketika Talut memasuki rumah Shammil, minyak dalam tanduk tersebut mendidih. Shammil pun mengukur tinggi badannya didapati seukuran tongkat. Nabi Shammil pun yakin, Talut lah yang akan memimpin Bani Israil.
Namun saat Shammil mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin Bani Israil, serta merta bangsa Yahudi itu menolak. Pasalnya, Talut hanyalah seorang pengembala miskin. Ia bukan keturunan Lawi bin Yakub bukan pula keturunan Yahuza bin Yakub. Lawi dan Yahuza merupakan saudara Nabi Yusuf, putra Nabi Yakub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim. Keturunan tersebut diyakini Bani Israil sebagai rumpun para nabi dan raja yang memimpin kaum mereka, keturunan Lawi sebagai nabi dan keturunan Yehuda sebagai raja. Padahal berdasarkan silsilah, Talut masih keturunan Yakub.
Ia merupakan keturunan Bunyamin bin Yaqub, adik laki-laki Yusuf yang shalih. Namun tetap saja, Bani Israil menolak Talut menjadi pemimpin mereka. "Bagaimana mungkin seorang pengembala miskin menjadi raja kami, bagaimana mungkin kami dipimpin bukan dari keturunan Yehuda. Bagaimana mungkin Talut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan darinya," desus mereka kesal.
Nabi Shammil pun menjawab ringan, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Tentu, Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Namun Bani Israil tetap menolak. Hingga akhirnya Shammil pun menjanjikan sebuah bukti bahwa Talut lah yang diperintahkan Allah untuk memimpin Bani Israil. "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun. Sungguh itu menjadi tanda bagimu, jika kamu memang beriman," tutur Shammil.
Tabut merupaka peti kayu berlapis emas tempat menyimpan Taurat. Tabut yang diyakini Bani Israil membawa ketenangan dan kemakmuran tersebut tersebut direbut musuh yang menindas dan menguasai wilayah mereka. Lalu terbuktilah tanda tersebut, malaikat membawa Tabut tersebut dan menjatuhkannya pada Bani Israil. Talut pun kemudian terbukti diutus sebagai raja Bani Israil.
Dengan segera, Talut mengumpulkan keuatan Bani Israil untuk melawan kelompok penindas pimpinan Jalut. Talut pun memilih 80 ribu pemuda sebagai prajuritnya. Mereka berbaris dengan perlatan lengkap dan berangkat untuk memerangi tentara Jalut. Jalanan sahara membuat pasukan begitu lelah dan sangat kehausan. Di tengah perjalanan, Allah menguji pasukan Talut dengan sungai yang mengalir diantara Yordania dan Palestina.
Talut telah mewanti-wanti agar pasukannya tak meminum air sungai tersebut kecuali seciduk tangan saja untuk menghilangkan dahaga. "Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku," ujar Jalut.
Kisah nabi Daud vs Jalut bagian 3
Namun nafsu menguasai sebagian besar pasukan Talut. Mereka pun melanggar perintah pemimpin mereka dengan meminum air sungai tersebut sepuas-puasnya. Dari 70 ribu pasukan, hanya sekitar 300an orang saja yang mematuhi Talut.
Mereka terdiri dari orang-orang shalih, salah satu diantara mereka ialah Daud (David) yang saat itu belum diangkat sebagai seorang nabiyullah.
Dengan berat, Talut pun melanjutkan perjalanan hanya dengan 300 prajurit. Paukan lain yang tamak meminum air sebanyak-banyaknya tersebut menjadi pucat dan takut berperang. Dengan jumlah yang minim, mereka maju berperang melawan pasukan Jalut yang bertubuh besar dan perkasa.
Dibawah komando Talut, pasukan tersebut pun berdoa agar diberikan kesabaran dan kemenangan, "Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir," panjat merekas ebelum terjun ke kancah pertempuran.
Dengan kehendak Allah, mereka pun mendapatkan kemenangan. Pemimpin Amaliqah, Jalut yang begitu hebat pun terbunuh. Namun bukan Talut yang berhasil membunuhnya melainkan Daud. Dikisahkan, Daud muda membunuh Jalut dengan ketapel yang selalu dia bawa sebagai senjata. Tiga buah batu meluncur ke kepala Jalut hingga menewaskannya.
Menurut cerita, tiga batu tersebut bukanlah batu biasa. Selama perjalanan menuju medan peperangan, Daud mengambil tiga batu satu per satu karena batu-batu itulah yang meminta untuk dipungut. "Daud, bawalah kami ikut serta," ujar batu pertama. Setelah beberapa jarak, batu kedua pun mengucap hal sama, demikian pun batu ketiga. Daud mengambil batu tersebut dan menyimpannya. Hingga di tengah kancah pertempuran, batu itu beraksi membunuh raja Jalut yang kejam yang telah menyiksa Bani Israil.
Sebelumnya, Talut pernah berjanji barangsiapa yang berhasil membunuh Jalut maka akan dinikahkan dengan putrinya serta memberinya separuh kepemimpinan kerajaan Bani Israil. Daud pun mendapat bonus hadiah tersebut. Hingga usia Daud mencapai 40 tahun, Talut meregang nyawa. Daud pun menggantikan posisi Talut menjadi raja Bani Israil. Tak hanya itu, Allah pun mengutusnya sebagai nabi dan Rasul serta diturunkan kepadanya kitab suci Zabur.
Serangkaian kisah Shammil (Samuel), Talut (Saul), Jalut (Goliath) dan Daud (Davidh) tersebut dikabarkan dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 246 hingga 251. Kisah tersebut pun terdapat dalam Al-Kitab dengan pemaparan kisah yang teramat panjang. Bible mengisahkannya secara panjang lebar, namun inti kisah tak jauh berbeda seperti yang termaktub dalam Al-Qur'an meski dalam beberapa hal terjadi perbedaan.
Untuk penjelasan kisah lebih rinci, Muslimin dapat merujuk buku tafsir yang juga menjelaskan kisah tersebut lebih rinci sesuai riwayat Rasulullah dari para shahabat beliau. Tafsir Ath Thabari pun memaparkan kisah tersebut hingga berpuluh halaman. Dalam tafsir Ibnu Katsir pun kisah tersebut tak luput. Beliau juga mengisahkannya dalam Kitab Stories of The Prophet Tafsir Ibn Katsir.
Dengan demikian, dapat dipastikan kebenaran kisah Talut dan Jalut tersebut. Bahkan kisah tersebut juga masuk dalam sejarah masyarakat Arab, terlepas kebenaran rincian kisah yang beragam dikalangan Muslimin dan Ahli Kitab. Meski demikian, Allah telah menyatakan dipenghujung kisah ayat tersebut bahwa kisah tersebut adalah nyata terjadi diantara diantara kehidupan para nabi, dan Rasulullah mengisahkannya tanpa mengada-ada dan tanpa mencontek kitab sebelumnya.
"Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus".
Kita mengenal nabi Daud ialah nabi dan raja Bani Israel yang sejak muda yaitu usia 9 tahun telah ikut sera dalam tentera Bani Israil di bawah pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa Palestin yang dipimpin Jalut (Goliath) dan prestasi terbesarnya adalah nabi Daud dapat membunuh Jalut.
Berikut ini adalah kisah yang bersumber dari Al Quran (Al Baqoroh : 246 s/d 252) yang tentunya bila ingin lebih jelas dapat menyimak tafsirnya pada kitab-kitab tafsir Quran yang telah dikenal penulisnya.
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israel sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka: "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah".
Nabi mereka menjawab: "Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang."
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?"
Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha mengetahui orang-orang yang lalim.
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu".
Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?"
(Nabi mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa oleh Malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku."
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya."
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar."
Tatkala mereka nampak oleh Jalut dan tentaranya, mereka pun (Thalut dan tentaranya) berdo`a: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir".
Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.
Ini versi kristen yang bersumber dari Wikipedia
Suatu kali, ketika sedang menggembalakan dombanya, Daud diperintahkan ayahnya mengantarkan bekal makanan kepada ketiga abangnya, anak Isai yang besar-besar yaitu Eliab, anak sulung, Abinadab, anak yang kedua dan Syama, anak yang ketiga, yang sedang bersiap berperang bersama Saul melawan tentara-tentara Filistin.
Orang Filistin mengumpulkan tentaranya untuk berperang di Sokho yang di tanah Yehuda dan berkemah antara Sokho dan Azeka di Efes-Damim. Sedangkan Saul dan orang-orang Israel berkumpul dan berkemah di Lembah Tarbantin; mereka mengatur barisan perangnya berhadapan dengan orang Filistin. Jadi medan pertempuran itu tidak jauh dari rumah Daud.
Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka. Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin." Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya.
"Daud dan Goliat" karya Caravaggio, sekitar tahun 1599
Daud sampai ke perkemahan tentara Israel, ketika tentara keluar untuk mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. Orang Israel dan orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan.
Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat barisan; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju seorang pendekar bernama Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin.[Tingginya 6 hasta sejengkal (~ 3,5 meter). Ketopong tembaga ada di kepalanya, dan ia memakai baju zirah yang bersisik; berat baju zirah ini 5.000 syikal tembaga. Dia memakai penutup kaki dari tembaga, dan di bahunya ia memanggul lembing tembaga. Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombaknya itu 600 syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya.
Ia berdiri dan berseru kepada barisan Israel, katanya kepada mereka: "Mengapa kamu keluar untuk mengatur barisan perangmu? Bukankah aku seorang Filistin dan kamu adalah hamba Saul? Pilihlah bagimu seorang, dan biarlah ia turun mendapatkan daku. Jika ia dapat berperang melawan aku dan mengalahkan aku, maka kami akan menjadi hambamu; tetapi jika aku dapat mengungguli dia dan mengalahkannya, maka kamu akan menjadi hamba kami dan takluk kepada kami. Aku menantang hari ini barisan Israel; berikanlah kepadaku seorang, supaya kami berperang seorang lawan seorang."
Orang Filistin itu maju mendekat pada pagi hari dan pada petang hari. Demikianlah ia tampil ke depan 40 hari lamanya. Ia selalu mengucapkan kata-kata yang sama, dan kali ini Daud mendengarnya. Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan. Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel."
Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia."
Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran."
Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!" Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi. Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul.
Raja Saul menyuruh memanggil Daud menghadap kepadanya. Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."
Tetapi Daud berkata kepada Saul:
"Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup. TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu."
Maka Saul berkata kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau." Lalu Saul mengenakan baju s perangnya kepada Daud, ditaruhnya ketopong tembaga di kepalanya dan dikenakannya baju zirah kepadanya. Lalu Daud mengikatkan pedangnya di luar baju perangnya, kemudian ia berikhtiar berjalan, sebab belum pernah dicobanya. Maka berkatalah Daud kepada Saul: "Aku tidak dapat berjalan dengan memakai ini, sebab belum pernah aku mencobanya." Kemudian ia menanggalkannya.
Lalu Daud mengambil tongkatnya di tangannya, dipilihnya dari dasar sungai lima batu yang licin dan ditaruhnya dalam kantung gembala yang dibawanya, yakni tempat batu-batu, sedang umbannya dipegangnya di tangannya. Demikianlah ia mendekati orang Filistin itu.
Orang Filistin itu kian dekat menghampiri Daud dan di depannya orang yang membawa perisainya. Ketika orang Filistin itu menujukan pandangnya ke arah Daud serta melihat dia, dihinanya Daud itu karena ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya.
Orang Filistin itu berkata kepada Daud: "Anjingkah aku, maka engkau mendatangi aku dengan tongkat?" Lalu demi para allahnya orang Filistin itu mengutuki Daud dan berkata pula kepada Daud: "Hadapilah aku, maka aku akan memberikan dagingmu kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang di padang."
Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: :"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami."
Ketika orang Filistin itu bergerak maju untuk menemui Daud, maka segeralah Daud berlari ke barisan musuh untuk menemui orang Filistin itu; lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.
Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan. Daud berlari mendapatkan orang Filistin itu, lalu berdiri di sebelahnya; diambilnyalah pedangnya, dihunusnya dari sarungnya, lalu menghabisi dia. Dipancungnyalah kepalanya dengan pedang itu.
Ketika orang-orang Filistin melihat, bahwa pahlawan mereka telah mati, maka larilah mereka. Maka bangkitlah orang-orang Israel dan Yehuda, mereka bersorak-sorak lalu mengejar orang-orang Filistin sampai dekat Gat dan sampai pintu gerbang Ekron. Dan orang-orang yang terbunuh dari orang Filistin bergelimpangan di jalan ke Saaraim, sampai Gat dan sampai Ekron. Kemudian pulanglah orang Israel dari pemburuan hebat atas orang Filistin, lalu menjarah perkemahan mereka. Dan Daud mengambil kepala orang Filistin yang dipancungnya itu dan membawanya ke Yerusalem, tetapi senjata-senjata Goliat ditaruhnya dalam kemahnya.
DAUD DAN JALUT versi tagtag
Suatu ketika Talut maju ke medan perang bersama pasukannya. Daud yang baru berusia 9 tahun juga ikut mengangkat senjata bersama kedua kakaknya. Di tengah perjalanan, pasukan Talut menghadapi berbagai ujian. Kebanyakan pasukan Talut tidak sanggup menjalani ujian- ujian itu. Pada awalnya, pasukannya berjumlah 80.000 (riwayat lain: 303.313) orang, kemudian menyusut menjadi 319 (riwayat lain: 313).
Meskipun demikian, Talut tetap maju melawan Jalut. Kedua pasukan pun bertemu dan terjadilah perang tanding satu lawan satu. Daud juga mendapat giliran. Ia berani melawan Jalut, pemimpin pasukan lawan. Melihat sosok kecil Daud, Jalut meremehkannya dengan menggertak, " Enyahlah kau, aku tidak suka membunuh anak kecil." Tidak mau kalah, Daud menyahut, " Aku suka membunuhmu." Serangan Daud ternyata merepotkan Jalut. Daud mampu mengalahkan, bahkan membunuh Jalut. Dengan demikian, pasukan Talut memetik kemenangan. Keberhasilan Daud ini menjadi buah bibir di kalangan Bani Israil.
Kisah nabi Daud vs Jalut Versi republika bagian 1
Kisah Talut dan Jalut bermula ketika Bani Israil mengalami masa suram nan gelap. Pasca Nabi Musa wafat, kondisi agama mereka makin lama makin terkikis. Padahal saat Yusya bin Nun (Yosua), pengikut setia Musa, memimpin mereka, tanah Palestina dapat dengan mudah direbut.
Namun Yusya pun menemui ajal mengakhiri tugasnya menjalankan amanah Musa. Sejak itulah Bani Israil dilanda kegalauan dan keterpurukan. Sekian lama tak ada nabi diutus, mereka terlunta-lunta bagai domba tanpa pengembala.
Di tengah kekosongan kepemimpinan, masyarakat Israil mulai melupakan agama. Mereka melakukan banyak dosa bahkan membunuh para nabi yang semestinya diharapkan memimpin mereka. Kondisi mereka berubah menjadi masyarakat kafir, zalim dan durhaka. Allah pun murka sehingga mencabut kekuasaan mereka. Bani Israil diusir, tabut pun dirampas oleh musuh mereka.
Sebuah kaum yang kuat dan kejam bernama Amaliqah atau sebagian menyebut Balthata, terus saja menyerang Bani Israil. Kaum tersebu menahan para pembesar Bani Israel, menculik anak-anak, mengambil alih kawasan taklukan mereka kemudian menarik upeti semena-mena. Saat itu benar-benar menjadi bencana hebat dan sengsara yang amat bagi Bani Israil. Kaum penjajah tersebut dipimpin oleh seorang berperawakan raksasa dari Dinasti Bukhtanashar bernama Jalut (Goliath).
Di tengah penindasan, Bani Israil pun mengharapkan Allah mengutus seorang nabi yang akan menyelamatkan mereka. Padahal sebelumnya mereka selalu membunuh para nabi, hingga tak tersisa keturunan Lawi yang dipercaya Bani Israil sebagai marga yang layak menjadi pemimpin mereka. Satu-satunya keturunan Lawi yang tersisa dan dapat diharapkan hanyalah seorang wanita bernama Hubla.
Bani Israil pun melindunginya agar dapat melahirkan anak calon nabi mereka. Hubla pun terus berdoa disaat kehamilannya agar dapat memiliki seorang putra. Allah pun memenuhi doa sang wanita shalihah tersebut. Lahirlah anak laki-laki yang kemudian oleh ibunya diberi nama Shammil (Samuel) atau Syamwil atau Sham'un, yang artinya Allah telah mendengar permohonan saya.
Singkat cerita, Shammil pun kemudian diutus Allah untuk mengemban risalah para nabi. Kepada Shammil, Bani Israil berharap dapat mengakhiri penindasan kaum Amaliqah. Hingga suatu hari, Bani Israil meminta Shammil mengangkat seorang pemimpin untuk mereka berjihad di jalan Allah melawan penindasan. Mereka berkata kepada Shamil, "Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang di bawah pimpinannya di jalan Allah."
Mendengarnya, Shammil tak lantas percaya. Ia meragukan Bani Israil yang memang gemar membangkang. Ia pun menjawab, "Bisa jadi saat kalian nanti diwajibkan berperang, kalian tidak mau berperang," ujar sang nabi. Namun Bani Israil ngotot dan ingin permintaan mereka terpenuhi, "Bagaimana mungkin kami enggan berperang di jalan Allah, padahal kami telah terusir?!" seru mereka
Kisah nabi Daud vs Jalut bagian 2
Shammil pun menengadahkan tangannya, berdoa meminta Allah mengutus seorang raja yang akan memimpin Bani Israil. Allah pun memberinya petunjuk. Di pagi hari, seorang pemuda tampan, gagah perkasa, shalih dan cerdas, bernama Talut (Saul) tengah mencari keledainya di depan rumah Shammil. Tiba-tiba, Shammil mendapati tanda dari tanduk binatang dan tongkatnya.
Allah memberi petunjuk pada Shammil bahwa orang yang akan menjadi raja ialah yang tinggi badannya setinggi tongkat tersebut dan mampu membuat minyak dalam tanduk binatang mendidih. Ketika Talut memasuki rumah Shammil, minyak dalam tanduk tersebut mendidih. Shammil pun mengukur tinggi badannya didapati seukuran tongkat. Nabi Shammil pun yakin, Talut lah yang akan memimpin Bani Israil.
Namun saat Shammil mengumumkan Talut akan menjadi pemimpin Bani Israil, serta merta bangsa Yahudi itu menolak. Pasalnya, Talut hanyalah seorang pengembala miskin. Ia bukan keturunan Lawi bin Yakub bukan pula keturunan Yahuza bin Yakub. Lawi dan Yahuza merupakan saudara Nabi Yusuf, putra Nabi Yakub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim. Keturunan tersebut diyakini Bani Israil sebagai rumpun para nabi dan raja yang memimpin kaum mereka, keturunan Lawi sebagai nabi dan keturunan Yehuda sebagai raja. Padahal berdasarkan silsilah, Talut masih keturunan Yakub.
Ia merupakan keturunan Bunyamin bin Yaqub, adik laki-laki Yusuf yang shalih. Namun tetap saja, Bani Israil menolak Talut menjadi pemimpin mereka. "Bagaimana mungkin seorang pengembala miskin menjadi raja kami, bagaimana mungkin kami dipimpin bukan dari keturunan Yehuda. Bagaimana mungkin Talut memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan darinya," desus mereka kesal.
Nabi Shammil pun menjawab ringan, "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Tentu, Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Namun Bani Israil tetap menolak. Hingga akhirnya Shammil pun menjanjikan sebuah bukti bahwa Talut lah yang diperintahkan Allah untuk memimpin Bani Israil. "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan Harun. Sungguh itu menjadi tanda bagimu, jika kamu memang beriman," tutur Shammil.
Tabut merupaka peti kayu berlapis emas tempat menyimpan Taurat. Tabut yang diyakini Bani Israil membawa ketenangan dan kemakmuran tersebut tersebut direbut musuh yang menindas dan menguasai wilayah mereka. Lalu terbuktilah tanda tersebut, malaikat membawa Tabut tersebut dan menjatuhkannya pada Bani Israil. Talut pun kemudian terbukti diutus sebagai raja Bani Israil.
Dengan segera, Talut mengumpulkan keuatan Bani Israil untuk melawan kelompok penindas pimpinan Jalut. Talut pun memilih 80 ribu pemuda sebagai prajuritnya. Mereka berbaris dengan perlatan lengkap dan berangkat untuk memerangi tentara Jalut. Jalanan sahara membuat pasukan begitu lelah dan sangat kehausan. Di tengah perjalanan, Allah menguji pasukan Talut dengan sungai yang mengalir diantara Yordania dan Palestina.
Talut telah mewanti-wanti agar pasukannya tak meminum air sungai tersebut kecuali seciduk tangan saja untuk menghilangkan dahaga. "Sungguh Allah akan menguji kalian dengan sungai. Siapapun yang meminum air dari sungai itu maka ia tidak akan menemaniku," ujar Jalut.
Kisah nabi Daud vs Jalut bagian 3
Namun nafsu menguasai sebagian besar pasukan Talut. Mereka pun melanggar perintah pemimpin mereka dengan meminum air sungai tersebut sepuas-puasnya. Dari 70 ribu pasukan, hanya sekitar 300an orang saja yang mematuhi Talut.
Mereka terdiri dari orang-orang shalih, salah satu diantara mereka ialah Daud (David) yang saat itu belum diangkat sebagai seorang nabiyullah.
Dengan berat, Talut pun melanjutkan perjalanan hanya dengan 300 prajurit. Paukan lain yang tamak meminum air sebanyak-banyaknya tersebut menjadi pucat dan takut berperang. Dengan jumlah yang minim, mereka maju berperang melawan pasukan Jalut yang bertubuh besar dan perkasa.
Dibawah komando Talut, pasukan tersebut pun berdoa agar diberikan kesabaran dan kemenangan, "Ya Tuhan kami, berikanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir," panjat merekas ebelum terjun ke kancah pertempuran.
Dengan kehendak Allah, mereka pun mendapatkan kemenangan. Pemimpin Amaliqah, Jalut yang begitu hebat pun terbunuh. Namun bukan Talut yang berhasil membunuhnya melainkan Daud. Dikisahkan, Daud muda membunuh Jalut dengan ketapel yang selalu dia bawa sebagai senjata. Tiga buah batu meluncur ke kepala Jalut hingga menewaskannya.
Menurut cerita, tiga batu tersebut bukanlah batu biasa. Selama perjalanan menuju medan peperangan, Daud mengambil tiga batu satu per satu karena batu-batu itulah yang meminta untuk dipungut. "Daud, bawalah kami ikut serta," ujar batu pertama. Setelah beberapa jarak, batu kedua pun mengucap hal sama, demikian pun batu ketiga. Daud mengambil batu tersebut dan menyimpannya. Hingga di tengah kancah pertempuran, batu itu beraksi membunuh raja Jalut yang kejam yang telah menyiksa Bani Israil.
Sebelumnya, Talut pernah berjanji barangsiapa yang berhasil membunuh Jalut maka akan dinikahkan dengan putrinya serta memberinya separuh kepemimpinan kerajaan Bani Israil. Daud pun mendapat bonus hadiah tersebut. Hingga usia Daud mencapai 40 tahun, Talut meregang nyawa. Daud pun menggantikan posisi Talut menjadi raja Bani Israil. Tak hanya itu, Allah pun mengutusnya sebagai nabi dan Rasul serta diturunkan kepadanya kitab suci Zabur.
Serangkaian kisah Shammil (Samuel), Talut (Saul), Jalut (Goliath) dan Daud (Davidh) tersebut dikabarkan dalam Al-Qur'an surah Al Baqarah ayat 246 hingga 251. Kisah tersebut pun terdapat dalam Al-Kitab dengan pemaparan kisah yang teramat panjang. Bible mengisahkannya secara panjang lebar, namun inti kisah tak jauh berbeda seperti yang termaktub dalam Al-Qur'an meski dalam beberapa hal terjadi perbedaan.
Untuk penjelasan kisah lebih rinci, Muslimin dapat merujuk buku tafsir yang juga menjelaskan kisah tersebut lebih rinci sesuai riwayat Rasulullah dari para shahabat beliau. Tafsir Ath Thabari pun memaparkan kisah tersebut hingga berpuluh halaman. Dalam tafsir Ibnu Katsir pun kisah tersebut tak luput. Beliau juga mengisahkannya dalam Kitab Stories of The Prophet Tafsir Ibn Katsir.
Dengan demikian, dapat dipastikan kebenaran kisah Talut dan Jalut tersebut. Bahkan kisah tersebut juga masuk dalam sejarah masyarakat Arab, terlepas kebenaran rincian kisah yang beragam dikalangan Muslimin dan Ahli Kitab. Meski demikian, Allah telah menyatakan dipenghujung kisah ayat tersebut bahwa kisah tersebut adalah nyata terjadi diantara diantara kehidupan para nabi, dan Rasulullah mengisahkannya tanpa mengada-ada dan tanpa mencontek kitab sebelumnya.
"Itu adalah ayat-ayat dari Allah, Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu (Rasulullah) benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus".
Nabi Daud ialah nabi sekaligus raja Bani
Israil. Semenjak masih muda telah menyertai tentara Bani Israil di bawah
pimpinan Thalut melawan pasukan bangsa Palestin yang dipimpin Jalut (Goliath).
Daudlah yang berhasil membunuh Jalut, sehingga dipuji sebagai pahlawan perang.
Setelah Raja Thalut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja. Allah
mengangkat Daud sebagai nabi dan rasul-Nya. Kepadanyalah diturunkan kitab
Zabur. Ia memiliki sejumlah mukjizat, kecerdasan akal, mengerti bahasa burung,
dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan tangan kosong dan Daud juga
memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, sama seperti
Yusuf yang diberikan wajah yang paling tampan.
Daud yang
mulai pembangunan Bait Suci yaitu Baitul Muqaddis yang telah diselesaikan oleh
anaknya Sulaiman, yang kemudian sekarang menjadi tempat Masjid Al-Aqsa. Daud
meninggal dalam usia 100 tahun dan dikebumikan di Baitul Muqaddis.
Daud bin
Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari
Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi
Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Daud Dan
Raja Thalout
Ketika raja
Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentera dan
menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama
dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan
menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan dan
minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu
ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan
keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju
ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan
belum ada pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi
ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan Jalout
dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara
Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang,
sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi rasa takut
dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout
dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai
imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout
dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji
yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan dengan
orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping
ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai
penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati
serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani
Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat
keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana
keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu
Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya
Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya. Muka
manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku,
kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang
kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang
menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan
yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan
benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan
fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam
rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada
mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan?
dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela
dan mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak
mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi fikirannya
itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin
apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari mertuannya itu
hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada
maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yang
tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu. demikianlah dia
mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir
selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap dan
tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu
malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam
isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah
benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku
belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap
diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap
diriku. Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti
biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari
pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku.
Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan
berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di
sekitarnya."
Mikyal
menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh di
atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu daripadamu
dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui.
Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik di mata rakyat
dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan
penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan
rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan
dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan
kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan
raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya
berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan
membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan kehilangan itu semua dan
kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Kerananya ia tidak
menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja
dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau
kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa
kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan
tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum
mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai
Daud", Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku
sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis
pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita
itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan
hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud merasa
hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan
kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa
kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati
berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan
serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah
menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan fikirannya?" Kemudian
tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok
harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang menyampaikan
panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang
raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud fikiranku
kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan. Aku
mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan
rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku
satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah
pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau
percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum
sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang
kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas
bahu orang-orangmu."
Thalout
hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada
dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan
perang kali ini.
Siasat yang
mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh
Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya,
namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang berdisiplin ia
menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa mempedulikan
atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan
bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal iman dan
talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah
bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka
kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa
kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan
Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan senyum dan
tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud
dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun
dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi
disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di
mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga
di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri
Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun
strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan
membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah
siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan'aan.
Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang kembali
dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat
Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya
menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka
kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang
dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya pengaruh
Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berfikir
jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah
membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya sedemikian
cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera
memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan
kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat dilaksanakan . Maka
keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota
diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan
kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah
berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta
menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka
menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan
nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak
mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya
sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu tidak sedar,
fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah
pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali daripadanya.
Daud
Dinobatkan Sebagai Raja
Raja Thalout
makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot kewibawaannya sejak ia
ditingglkan oleh Daud dan diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap
orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan
bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat terhadap Thalout merosot, sejauh itu
pula cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat, sehingga banyak diantara
mereka yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal
mana menjaadikan Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya. IA
lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus pedang dan membunuh siapa saja
yang ia ragukan kesetiaannya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat
para ulama dan para pemuka rakyat.
Thalout yang
mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup
yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan
jahatnya, merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tebteram di istananya
sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia mengambil keputusan untuk
mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tenteranya yang sudah
goyah disiplinnya dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-2
membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi kuat dan bertambah
banyak pengikutnya.
Daud bersert
para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala
mendengar bahwa Thalout dengan askarnya sedang mengejarnya dan sedang berada
Tidak jauh dari tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang drp para
pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan Thalout yang sudah
berada dekat dari tempat mereka bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan
kepada Daud bahawa Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat
dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak. Mereka
berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk
memberi pukulan yang memastikan kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka
ditolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama
bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah
Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh Daud yang seraya
menunjukkan potongan yang digunting dari sudut bajunya berkatalah ia kepadanya:
"Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur
nyenyak. Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan
menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan
kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan
fikiranmu dari sifat-sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan
dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu."
Thalout
tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada
wajahnya yang pucat. Ia berkata menjawab Daud: "Sungguh engkau adalah
lebih adil dan lebih baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan
jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal itu."
Peringatan
yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan Thalout. Hasratnya yang keras
untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa
peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut bajunya. Ia tetap
melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan kerajaannya dan mengambil
alih mahkotanya. Ia merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para
pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia enggan menarik
pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencuba sekali lagi membawa
askarnya mengejar dan mencari Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah
berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali keduanya, maka dikirimlah
pengintai oleh Daud untuk mengetahui dimana tempat askar Thalout berkhemah. Di
ketemukan sekali lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan
nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa anggota pasukan
yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Thalout yang lagi mendengkur dalam
tidurnya, diambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala
Thalout berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya. Kemudian
dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Thalout
agar mereka bangun ari tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang
nyaris terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah seorang dari
anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air
kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka
yang mengetahuinya.
Tindakan
Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Thalout bahwa
pasukan pengawal yang besar yang mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan
nyawanya bila Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua kali peringatan
kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang
menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya andaikan Daud
menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk
pembunuhannya.
Jiwa bsar
yang telah ditunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat
berkesan dalam lubuk hati Thalout. Ia terbangun dari lamunannya dan sedar
bahawa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa
nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia merancangkan
pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada kerajaannya,
yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan
negerinya, tidak pernah berbuat kianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya.
Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah
dilakukan atas beberapa pemuka agama hanya kerana purba sangka yang tidak
berdasar.
Thalout
duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya, sejak
berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa diduga dan disangka, berkat
rahmat dan kurnia Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan bagaimana
Tuhan telah mengutskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang
setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas
jasa-jasanya itu ia mendapat penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan
sebagaimana ia telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya dan
mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan walaupun ia telah
mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun
kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia
mahu.
Membayangkan
peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Thalout menyesalkan diri yang
telah terjerumus oleh hawa nafsu dan godaan Iblis sehingga ia menyia-nyiakan
kurnia dan rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan membawa dosa dan
murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah,
Thalout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan
meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah
ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai tiba saatnya ia mendapat
panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan,
setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan oleh Thalout yang pergi tanpa
meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Daud
sebagai raja yang berkuasa.
Nabi Daud
mendapat Godaan
Daud dapat
menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan menentukan
bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada
Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi
penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada
hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2 peribada, ia
tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam khalawatnya,
sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri
untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh rakyatnya serta
menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi diantara sesama
mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh
para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu
hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat datanglah dua
orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi menemui raja.
Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang dipanjat sampailah
mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang
sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di
depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut: "Janganlah
terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan
yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami
berdua."
Nabi Daud
tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada didepannya,
kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia
kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya:
"Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang
sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini
memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor
sahaja. Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya
dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus
ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku
untuk menolaknya, mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih
pandai bertikam lidah daripadaku."
Nabi Daud
berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya:
"Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?"
"Benar" ,jawab lelaki itu.
"Jika
memang demikian halnya", kata Daud, dengan marah "maka engkau telah
berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan
tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang
zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu.
Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim
satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal
soleh."
"Wahai
Daud", berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang
sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau
sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih
menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda
anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua
saling cinta dan mengikat janji."
Nabi Daud
tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali
lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong
lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi
Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sedarlah
ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan oleh Allah untuk
memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan
maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai
oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis
yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang menyerupai
sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang
berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin
Hannan" seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat
janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua
akan melangsungkan perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia.
Pemuda itu telah secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang
dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi
apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang
melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah, terjadilah
sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah cita-citanya
untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian
atau fatamorangana belaka.
Pada suatu
hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah
untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata
Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud
kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang
anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk
menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi
kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan
orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang
seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan
yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allah
dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria namin
Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia
akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir
kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata
karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah
permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah
kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi sasaran
kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki
yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa mereka
perihal domba betina mereka.
Hari
Sabtunya Bani Isra'il
Di antara
ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka mewajibkan
untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada
Allah mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan
perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang
ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya
hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah itu, alan
tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan pada
setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan
makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa,
maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia dan suci,
di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi.
Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan
oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun
berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan
turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa
Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara
beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari
keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan,
perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai
akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang malakukan
urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2 perniagaan
di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga
ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria
mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat desa
Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu
terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para
nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah
ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang
dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan
desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak
terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan
sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan
sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu.
Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat
kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah mereka
ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu,
sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang
mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para
penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang fasiq
yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan
peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati
perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari
murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada
mereka.
Nasihat dan
peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang membangkang
itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena
sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka perolrh dan
penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-pemuka agama terpaksa
mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan
menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para
nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah kota
dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk
tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki
kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekayaan yang terdapat di
sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini
dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami
maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah
tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya
tanpa diganggu oleh mana-mana pihak lain."
Dengan
adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan
ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka
membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka dengan
mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila matahari
terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para nelayan
yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh dari hasil
penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan
pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral
mereka.
Sementara
para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah
Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih
rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka dan memberi
nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan bertaubat dari
perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil
penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihta cahaya
kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para pemuka agama dan
lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga
menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu berputus asa dan
berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa kamu masih
menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi hati
orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi azab yang
sangat keras."
Demikianlah
pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan kepada
kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang pasir
belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf kembali
maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan seksaan
dan azab yang setimpal.
doa Nabi
Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang
membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim terhadap diri
mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hamba-Nya
yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat perlindungan Allah
dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
Beberapa
Kurnia Allah Kepada Nabi Daud
Allah
mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengurniainya nikmah, kesempurnaan ilmu,
ketelitian amal perbuatan serta kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan.
Kepadanya
diturunkan kitab "Zabur", kitab suci yang menghimpunkan qasidah-2 da
sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada Allah,
kisah umat-2 yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang, di antaranya
berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
Allah
menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud
tiap pagi dan senja.
Burung-2 pun
turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
Nabi Daud
diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
Allah telah
memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan
lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
Nabi Daud
telah diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin kerajaan yang kuat yang
tidak dapat dikalahkan oleh musuh, bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi
kemenangan di atas semua musuhnya.
Nabi Daud
dikurniakan suara yang merdu oleh Allah yang enak didengar sehingga kini ia
menjadi kiasan bila seseorang bersuara merdu dikatakan bahawa ia memperolehi
suara Nabi Daud.
Kisah Nabi
Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam Al-Quran surah
"Saba'" ayat 11, surah "An-Nisa'" ayat 163, surah
"Al-Isra'" ayat 55, surah "Shaad" ayat 17 sehingga ayat 26
dan surah "Al-'Aaraaf" ayat 163 sehingga ayat 165.
Beberapa
Pelajaran Dari Kisah Nabi Daud A.S
Allah telah
memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang
hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang
yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti sebagaimana Daud
yang muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan
bersenjatakan batu sahaja.
Seorang yang
lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejayaan
dalam usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman
kepada Allah yang akan melindunginya.
Kemenangan
Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan
sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah-lembut terhadap kawan maupun
lawan.
https://www.youtube.com/watch?v=N-5StTrAaLc
https://www.youtube.com/watch?v=8-PHMFbuWKk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar