Rabu, 07 Mei 2014

INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT DESA GIRI ASIH, YOGYAKARTA


Interaksi Sosial Masyarakat Desa Giri Asih, Yogyakarta

PENULIS : Bayu Dwi Prasetyo

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar perseorangan, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok lainnya. Interaksi sosial juga terdapat proses sosial, di mana proses sosial itu terjadi seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial. Proses ini juga memberikan dorongan kepada orang lain, yang dibalas dengan reaksi secara timbal balik. Dalam interaksi sosial tidak hanya terdapat proses sosial, tetapi jugaterdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya.

 Interaksi sosial adalah kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial karena tanpa berlangsungnya proses interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial. Secara sederhana interaksi sosial dapat terjadi apabila dua orang saling bertemu, saling menegur, saling berkenalan, dan saling memengaruhi. Pada saat itilah interaksi sosial terjadi. Menurut, Herbert Blumer sebagaimana dikutip Richard T Schaefer, dalam interaksi sosial manusia menginterprestasikan atau “mendefinisikan “ tindakan orang lain daripada bereaksi saja terhadap tindakan orang lain. Artinya, manusia tidak serta merta merespon dengan bereaksi tanpa sebuah interpretasi dan definisi pada tindakan orang lain terhadap dirinya. Interpretasi dan definisi itu berhubungan erat dengan arti yang kita pegang sehingga kemudian kita dapat merespon tindakan orang lain berdasarkan arti tersebut.

Sedangkan Proses Interaksi sosial menurut Herbert Blumer adalah pada saat manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki sesuatu tersebut bagi manusia. Kemudian makna yang dimiliki sesuatu itu berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Dan terakhir adalah Makna tidak bersifat tetap namun dapat dirubah, perubahan terhadap makna dapat terjadi melalui proses penafsiran yang dilakukan orang ketika menjumpai sesuatu.

Dengan pertimbangan arti tersebut kita selanjutnya merespon tindakan orang lain. Dunia arti menggambarkan sebuah norma-norma dan nilai budaya dominan dan pengalaman sosialisasi yang diperoleh dalam sebuah budaya masyarakat. Norma dan nilai yang tertanam selama pengalaman sosialisasi menjadi pertimbangan dan standar untuk merespon sebuah tindakan. Penanaman norma dan nilai dibentuk selama interaksi sosial berlangsung dengan orang lain dan masyarakat yang lebih luas. Melalui interaksilah segala nilai dan norma masyarakat ditransmisikan, ditanam dan diserap secara mendalam. Interaksi terlihat dinamis dalam proses sosialisasi.

Interaksi sosial sehari-hari membentuk sebuah realitas sosial individu dan masyarakat. Kontribusi sosial mengenai realitas ditanamkan oleh masyarakat. Realitas sosial muncul berdasarkan persepsi, pertimbangan, evaluasi, dan definisi yang dibuat oleh kelompok tertentu. Kelompok tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam “mendefinisikan” realitas sosial terhadap kelompok yang lain. Hubungan antara kelompok dominan dan kelompok subordinat dalam masyarakat memperlihatkan adanya pengaruh besar dari kelompok dominan atau mayoritas untuk menentukan nilai yang dianut masyarakat. Bagi kelompok subordinat sulit untuk menghindar atau menolak definisi nilai yang ditentukan oleh kelompok dominan atau mayoritas. Untuk itu tindakan atau perilaku dalam interaksi sosial berkaitan erat dengan konstruksi arti dan definisi situasi-situasi kelompok mayoritas tertentu.
Bagi kelompok-kelompok tertentu tak terelakkan untuk melakukan definisi ulang terhadap realitas sosial. Kelompok yang dianggap subordinat berusaha merekonstruksi kembali terhadap realitas yang awalnya didominasi oleh kelompok mayoritas. Interaksi sosial yang terjadi setiap saat dan tiap hari melibatkan orang, arti dan definsi situasi sosial. Intesitas interaksi sosial berjalan terus menerus dalam masyarakat. Interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu atau kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial Komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi dan pemberian tafsiran dan reaksi terhadap informasi yang disampaikan.
Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi sosial yang menjadi syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial ini merupakan hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial menyangkut hubungan antarperorangan, antarkelompok, atau antara individu dengan kelompok. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain.

Begitu pun kondisi umum interaksi sosial pada masyarakat pedesaa. Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimana pun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Masyarakat Desa yang atau juga bisa disebut sebagai masyarakat religius dilihat dari aspek agamanya. Begitu pun interaksi sosial yang terjadi di masyarakat desa Giri Asih. Masyarakat desa Giri Asih ini terpecah belah terhadap berbagai aliran keislaman. Berbagai macam kepercayaan masuk ke desa Gri Asih ini, ada yang berpegang teguh terhadap agama Islam berorganisasi Kemuhammadiyahan, ada yang berorganisasi LDII, dan ada yang berorganisasi Nahdatul Ulama (NU) .

Itulah Eksistensi masyarakat muslim di Desa Giri Asih. Walaupun begitu, dengan keberadaan berbagai paham aliran keislaman yang ada, tidak lantas menjadikan masyarakat terpecah belah atau pun berkonflik. Adanya perbedaan paham keislaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dihindarkan, oleh karena itu untuk menyikapi nya, mereka hidup dengan saling menghargai, dan menghormati. Masyarakat memandang bahwa tujuan utama dari kehidupan ini adalah untuk menciptakan keseimbangan, keharmonisan, dan keselarasan, antara sesama manusia, makhluk hidup, alam, juga dengan Tuhan.
Interaksi sosial antar umat muslim di Desa Giri Asih dalam pluralitas keberagamaan ini adalah interaksi sosial yang bersifat asosiatif. Kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan masyarakat Giri Asih dijadikan sebagai media interaksi social masyarakat, yang dapat menyatukan masyarakat. Hal ini tergambar dari pola interaksi sosial antar umat muslim dalam setiap kegiatan sosial keagamaan. Adapun pola interaksi sosial masyarakat dalam kegiatan sosial keagamaan berupa: kerjasama, akomodasi, dan asimilasi.

Pola kerja sama dalam masyarakat muslim Giri Asih adalah dengan bergotong-royong, yang mana dalam gotong-royong memerlukan kepaduan peran untuk mencapai tujuan bersama,seperti; kegiatan sosial keagamaan yang mampu memunculkan kerjasama antar element masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan kegiatan tersebut. Kemudian pola interaksi sosial akomodasi, akomodasiyang ada dalam setiap kegiatan sosial keagamaan merupakan proses penyesuaian terhadap lingkungan yang mampu menjadikan masyarakat bersatu, dengan adanya kegiatan sosial keagamaan menjadikan antar umat muslim dalam pluralitas keberagamaan ini melakukan penyesuaian, sehingga mereka bisa melibatkan diri untuk ikut kegiatan demi kepentingan bersama, dan upaya agar dapat meredam konflik antar orang perorang atau pun kelompok.

Pola interaksi sosial selanjutnya adalah asimilasi, yang berupaya mengurai perbedaan antar umat muslim dalam pluralitas keberagamaan. Dalam kegiatan sosial keagamaan yang ada, menjadikan perbedaan sebagai sesuatu yang harus dihargai dan sebuah keindahan tersendiri. Melalui asimilasi, masyarakat menyadari bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan, sehingga melahirkan sikap toleransi terhadap kelompok lain, dan melahirkan kesadaran bahwa pluralitas keberagamaan merupakan warna dikehidupan masyarakat, dan dari kegiatan sosial keagamaan inilah dapat menciptakan kehidupan yang rukun dan harmonis di masyarakat.

Meskipun terjadi hal keberadaan paham aliran dalam keberagaman pada masyarakat desa Giri Asih. Dari hal yang positif dapat diambil bahwa dengan berpecah belah agama  masyarakat desa Giri Asih dapat dilihat dari hal yang memperkokoh integrasi sosial kehidupan masyarakat Desa Giri Asih adalah adanya sistem nilai budaya yang menjadi panutan bagi masyarakat Giri Asih sehingga melahirkan kesadaran seperti: adanya kesadaran toleransi terhadap sesama warga masyarakat, karena kepercayaan yang diyakini masyarakat bersifat privasi, sehingga tercipta hubungan yang saling menghargai dan menghormati, dan kemudian adanya kesadaran pluralitas, bahwa hidup ini terdapat berbagai macam suku, budaya, agama yang berbeda, semua ini diyakini masyarakat sebagai keniscayaan atau  sunatullah, sehingga dengan kesadaran ini melahirkan sikap tolong menolong dan kepedulian sesama manusia.

Dengan demikian, melihat keharmonisan dalam masyarakat desa Giri Asih. Haruslah kita contoh dan kita jadikan sebagai panutan dalam hidup bermasyarakat. Seperti warga masyarakat muslim Desa Giri Asih tetap menjaga eksistensi keharmonisan dalam pluralitas keberagamaan, karenanya untuk setiap kegiatan sosial keagamaan pemuda Desa Giri Asih selalu dilibatkan dalam kegiatan sosial budaya. Nilai-nilai sosial budaya yang telah tertanam di masyarakat harus dipertahankan, karena dalam era globalisasi ini, transformasi sebuah nilai-nilai budaya sangat begitu cepat akibat dipengaruhi oleh budaya lain yang masuk dan kemudian ditiru oleh sekelompok masyarakat, tanpa mengetahui dampak negatif dari budaya lain tersebut.

Pluralitas keberagamaan yang ada di Desa Giri Asih merupakan cerminan bahwa dalam setiap perbedaan yang ada, masyarakat tetap dapat hidup berdampingan dan hidup saling tolong menolong, tanpa harus menimbulkan sebuah konflik sosial yang ada. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya eksistensi pluralitas keberagamaan di Desa Giri Asih dijadikan cerminan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal, saling menghargai dan saling memahami agar dapat menciptakan kehidupan yang harmonis, dan meletakkan kesadaran bahwa perbedaan tidak harus dijadikan sebuah konflik sosial.

Inilah yang harus kita contoh dalam hidup bermasyarakat dan beragama dalam kehidupan sehari-hari.  Saling menghargai dan bertoleransi dalam beragama.






Referensi :

Ahmadi, H.Abi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Pranowo, M. Bambang, dkk.  2010. Sosiologi Sebuah Pengantar. Jakarta : Laboratorium Sosiologi Agama.
Gunawan, Ary H. 2000.  Sosiologi Pendidikan . Jakarta :  PT Rineka Cipta.
http://luqmanmustofa.blogspot.com/2012/06/interaksi-sosial-di-masyarakat-pedesaan.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar